Pilih
Pekerjaan Yang Kamu Sukai maka kamu tidak akan bekerja sehari pun dalam hidupmu.
Ucapan Confucius ini berlaku pada Arief Mai Rakhman. Pemuda asal Yogayakarta
ini sudah sejak lama menyukai buku. Dia senang sekali melahap habis buku novel
dan sejarah. Siapa sangka, kecintaannya pada buku justru membuatnya bergelimang
buku setiap saat. Berada di lautan buku, kira-kira begitulah yang dilakukan
Arief setiap hari. Ditemani rekannya, Budi, Arief membuka 'Gramedia kecil', di
sudut dekat kampus Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Dari lokasi inilah,
pemuda kelahiran 1985 ini menjalankan bisnisnya dan melayani ribuan pembeli
dari seantero Indonesia ( jakarta, bogor, depok, tangerang, bekasi, cikarang,
karawang, banten, jawa barat, jawa tengah, jawa timur, surabaya, bali, dan
provinsi lainnya).
Ribuan? Ya, sudah mencapai ribuan. Setidaknya
stok buku di lapak Arief ada sekitar 4.000 judul. Itu pun masih dirasa kurang,
sebab Arief ingin melengkapinya menjadi sekitar 10.000 judul. "Sekarang rata-rata penjualan 10 buku
perhari. Kalau di awal semester bisa 20 buku lebih terjual per hari, bahkan
sampai 40 buku," ungkap pria yang sempat menimba ilmu di Fakultas
Pertanian UGM ini.
Total omzet mencapai 60 juta perbulan. Tentu
angka ini tidak didapat dalam sekejap. Waktu awal berjualan dulu, usaha yang
satu ini juga sempat mengalami sepi. Laku satu buku perhari saja sudah
bagus.Tapi, lama-kelamaan penjualan berkembang menjadi dua hingga tiga buku
perhari. Penjualan terus meningkat sampai hari ini, terutama sejak bergabung
dengan BukaLapak.com.
Paham
Kebutuhan Mahasiswa
Walau sudah lama menjadi kutu buku, bisnis
berjualan buku bukan satu-satunya pilihan Arief. Pemuda ini juga sempat membuka
usaha bimbingan belajar, tapi ternyata bukan disana rezekinya. Kemudin dia
banting setir ke bisnis membuat kripik salak, yang akhirnya mandek di
pemasaran. Alhasil, dia kembali menggeluti buku. Agar lebih bisa fokus, Arief
khusus menyediakan buku-buku teks yang dibutuhkan mahasiswa. Bagi Arief, segmen
ini menarik, karena dia paham betul bahwa mahasiswa selalu membutuhkan buku
murah demi menunjang kuliah mereka.
"Buku yang murah, itu yang selalu menjadi
incaran mahasiswa. Saya bisa mendapatkan harga lebih murah karena langsung
mengambil dari penerbit atau agen." Arief menjelaskan kenapa bisnis Buku
nya bisa sukses.
Arief juga menambahkan bahwa dengan berbelanja
online, pembeli tidak perlu repot-repot keluar ongkos dan harus ke toko buku
hanya untuk mencari buku. Cukup beberapa kali klik di situs bukalapak.com,
mereka langsung tahu ketersediaan buku yang dicari, cek harga, dan kemudian
bisa langsung pesan. Setelahnya, tinggal tunggu beberapa hari, buku sudah bisa
mereka dapatkan.
"Kebanyakan mahasiswa mencari buku mengenai
metode penelitian untuk skripsi," seloroh Arief. Buku paling mahal yang pernah dipesan pembeli
adalah buku tentang wayang. Buku tersebut harganya sekitar lima ratus ribu
rupiah. Pernah pula ada yang memesan buku banyak sekali, berseri, sampai ongkos
kirimnya setengah dari total harga buku.
Sebagai orang yang sangat lekat dengan buku dan
dunia mahasiswa. Arief mengerti sekali kebutuhan pelanggannya. Bukan sekedar
buku murah dan mudah didapat, adakalanya mahasiswa juga memerlukan buku dengan
spesifikasi sangat detail sampai ke edisi dan cetakan keberapa. Semua kebutuhan
itu bisa dipenuhi oleh Arief sehingga nama Arief pun populer sebagai pakar
penyedia buku bagi mahasiswa. Ditambah lagi lingkungan tempat Arief tinggal
sangat pas, di Kota Pelajar.
Sempat
Gadai Laptop
Sebelum bergabung dengan BukaLapak, Arief sempat
berjualan buku secara online di Facebook. Pernah juga bergabung di sejumlah
online-market place lain. Apa yang membuat Arief tertarik pindah ke BukaLapak?
"Ada rekening Bersama-nya. Ditambah lagi
saya pernah dengar dulu ada yang jualan buku di sana dan sukses. Saya pun ikut
mencoba dan justru bersaing dengan dia. Kami bersaing, saling banting harga.
Tapi dia sudah tak berjualan lagi dan jadilah saya nomor satu", papar
Arief.
Selain tersedia sistem Rekening Bersama (Rekber)
yang membuat transaksi jadi aman, masalag SEO yang bagus juga menjadi alasan
utama mengapa Arief bertahan di BukaLapak. Menurutnya, setiap orang yang
melakukan search 'jualan buku' di Google, yang muncul adalah BukaLapak. Itulah
sebabnya, tak heran kalau pesanan buku membanjir sejak Arief menjadi pelapak di
BukaLapak.
Bahkan akibat orderan membludak, dia harus
membeli lebih dulu sejumlah buku untuk mengisi stoknya. Cara ini dilakukan agar
dia dapat memastikan bahwa pembeli akan mendapatkan pesanan mereka.
"Dulu waktu jualan di Facebook saya tidak
keluar uang sama sekali karena masih bisa melayani pesanan kecil. Tapi sejak di
BukaLapak, wah pesanannya banyak sekali. Setidaknya harus sedia uang dua juta
untuk membeli stok buku,"Arief menjelaskan.
Ketika pertama kali kebanjiran order, Arief
mengaku kebingungan mencari modal hingga dia menggadaikan laptop dan meminjam
uang. Ini disebabkan karena ada jeda antara order masuk dan uang yang bisa
dicarikan, sesuai dengan sistem Rekber. Dengan 'dipaksa' menyediakan modal,
pemuda ini menjadi lebih bersemangat.
Setelah namanya cukup populer sebagai pelapak
buku online, Arief bisa dengan mudah mendapatkan stok buku dari penerbit atau
agen. Berbeda saat dia baru merintis dulu, di mana ketersediaan buku sangat
spekulatif. Kadang, dia asal membeli buku tanpa tahu apakah buku itu akan laku
atau tidak. Kini Arief sudah paham betul buku berjudul apa saja yang akan
banyak diminati.
Dengan sistem Rekber yang diterapkan BukaLapak,
Arief diuntungkan. Sering kali ada buku yang memang dicetak tidak banyak sehingga
ketika ada yang pesan dan ternyata stok kosong, Arief tidak perlu repot
mengembalikan uang transferan. Dengam sistem Rekber, penjual hanya menerima
uang setelah pesanan diterima oleh pembeli.
Strategi
Bisnis
Reputasi Arief cukup bagus. Berkat reputasi itu,
Arief jadi lebih dipercaya oleh penerbit dan agen buku. "Karena dipercaya,
saya bisa mendapatkan diskon lebih besar dan berarti bisa memberi harga murah
ke pembeli,"jelasnya.
Karena sering memberi diskon dan harga miring ke
pembeli, Arief tidak bisa mengambil profit terlalu besar. Namun, hak ini tidak
masalah karena yang penting pelanggan terus berdatangan dan membanjir. Walaupun
profit tidak besar, tapi Arief bisa mengantongi 20% dari omzet 60 juta per
bulan. Untuk bisnis berjualan buku, jumlah itu tergolong besar. Apalagi yang
namanya buku selalu dibutuhkan oleh pelajar dan mahasiswa, jadi Arief sangat
optimis dengan bisnisnya. Saat ini, dia fokus mengembangkan bisnisnya dengan
terus berinovasi dan menambah ketersediaan judul buku. Menyinggung mengenai
strategi bisnis, Arief mengaku tidak bisa menyamaratakan semua jenis bisnis.
Secara pribadi, dia mengaku bisa berhasil berkat punya pangsa pasar yang jelas.
"Petakan dulu Produknya, apakah punya pangsa
pasar atau tidak. Sempat ada yang pesimis memandang bisnis jualan buku, tapi
saya terus mencoba. Saya terus mencari pangsa pasar, cari ide dan jangan
menyerah," Arief memaparkan triknya.
Dia juga selalu ingin mengetahui kepuasan
pelanggannya. Di setiap buku yang dijual, Arief menyelipkan sehelai kertas yang
berisi keterangan penjualan buku dan semacam pengingat untuk memberikan
feedback di BukaLapak. Feedback atau komentar tentang seberapa jauh pelanggan
puas dengan layanan ini dirasa Arief sangat penting. Sebab dari feedback itu,
Arief sebagai penjual dapat segera memperbaiki layanan jika dirasa ada yang
kurang. Berkat rajin membaca feedback dari pelanggannya, LapakBuku milik Arief
telah dibanjiri lebih dari 1.400 feedback. Setiap feedback yang masuk dianggap
sebagai apresiasi dari pelanggan, yang membuat Arief kian semangat melayani
mereka.
Walau fokus jualan online, Arief masih bersedia
melayani pesanan offline, selama itu masih memungkinkan. Untuk layanan Cash On
Delivery (COD), yaitu bayar cash saat tatap muka, Arief melayani wilayah
Yogyakarta, terutama sekitar UGM. Tapi, tetap saja penjualan online masih yang
utama sebab pendapatan terbesar dari online."Selama masih ada di Yogyakarta, kami masih
melayani," ujar Arief.
Ingin Jadi
Lebih Besar
Dengan berjualan online, Arief bisa mendapatkan
pesanan dari seantero Indonesia ( Jakarta Barat/Timur/Utara/Selatan/Pusat,
Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, BSD, Lippo Karawaci, Bintaro, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Surabaya, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan wilayah lainnya).
Bahkan Arief pernah menerima pesana dari luar negeri,
yaitu Malaysia. Sayang, BukaLapak belum bisa melayani pesanan dari luar negeri.
Arief berharap setidaknya ada layanan pesanan ke negara-negara ASEAN. Obsesi
pemuda kelahiran Deli Serdang ini cukup tinggi, yaitu menjadi penjual buku
online terbesar di Indonesia. Kendati e-book sudah mulai banyak diminati oleh
pecinta buku Indonesia, Arief masih optimis bahwa buku cetak tetap memiliki
tempat tersendiri di kalangan pehobi buku, terlebih lagi mahasiswa.
Arief pribadi merasa apa yang sudah dilakukan
belum terlalu besar. Jika tidak bergabung dengan BukaLapak, mungkin dia belum
bisa menembus omzet sebesar sekarang. Masih banyak yang harus dibenahi agar
kelak menjadi besar dan lebih besar. Menambah judul, itu sudah pasti, setidaknya
10,000 judul. Semakin banyak judul buku yang tersedia, makon besar pula potensi
segmen yang dapat dirangkul, kalau perlu tidak terbatas pada mahasiswa saja.
"Saya juga ingin menambah jumlah orang yang
membantu saya. Sekarang secara teknis kami hanya bertiga. Saya, Budi, dan calon
istri saya, Dewi Perwita Sari, yang juga merangkap menjadi motivator
saya," ujar Arief. Dengan lebih banyak porsenol, Arief berharap bisa lebih
baik dalam melayani pembeli.***
5 Alasan Berbelanja Buku Secara Online
1. Lebih Mudah | Mencari judul buku tertentu
diantara lautan buku yang ada di toko buku bukan perkara mudah. Walau sudah
tersedia komputer pencari, tetap saja perlu bantuan manual. Sering kali
database komputer tidak update, yang tentu saja mengecewakan pelanggan.
Bagaimana dengan belanja buku secara online? Mudah sekali. Cukup mengetik judul
buku di kolom pencari, atau langsung bertanya ke pihak penjual atau admin.
2. Lebih Murah | Lapak buku online tidak perlu
menyewa tempat berjualan, tidak perlu memberikan diskon ke toko buku, dan
sering mendapat supplai dari distributor, atau bahkan dari penerbit. Ini
membuat lapak buku online bisa memberi harga lebih miring dibanding toko buku
offline. Kemiringan harga bisa mencapai 30%. Bahkan setelah di tambah dengan ongkos
kirim, tetap jatuhnya lebih murah.
3. Hemat Waktu | Saat mencari suatu judul buku,
jika tak ditemukan di satu toko buku maka kita harus ke toko buku lain. Berapa
jauh jaraknya dari rumah kita? Mengingat macet sudah menjadi fenomena biasa,
berapa banyak waktu terbuang demi mencari satu buku saja? Bandingkan dengan
pencarian buku secara online yang sama sekali tak perlu kena macet. Tinggal
duduk di depan komputer, klik sana sini, bayar secara online, dan buku akan
diantar ke rumah.
4. Lebih Lengkap | Ah, masak? Ini bisa berlaku
untuk judul-judul buku yang sudah tidak dicetak ulang atau diterbitkan lagi,
misalnya buku-buku lama. Lapak buku online sering menawarkan buku seperti itu,
walau dalam kondisi bekas. Inilah yang tidak dilakukan oleh toko offline.
5. Hemat Tenaga | Masih ada hubungannya dengan
hemat waktu, berbelanja buku online sangat hemat tenaga dan energi. Apalagi
kalau kita butuh berbelanja banyak buku sekaligus.Bobot fisik buku cukup
lumayan jika harus dijinjing sendiri dari toko buku ke rumah. Dengan layanan
lapak buku online, kita tidak perlu berlelah-lelah membawa tumpukan buku yang
berat itu.***
Ahmadtrans juga merupakan salah satu usaha
yang menerapkan strategi bisnis online,
yang hemat waktu dan hemat tenaga dalam mencari rental mobil, rental elf,
sewa bus wisata, urus paspor, jasa kitas,
wilayah Jakarta Bogor Depok Tangerang
Bekasi BSD Bandara dan sekitarnya.
Salam,
Ahmadtrans
Sumber: 10 kisah jutawan dari bisnis online ala BukaLapak, Merry Magdalena, 2015
Sumber: 10 kisah jutawan dari bisnis online ala BukaLapak, Merry Magdalena, 2015