Selasa, 24 November 2015

Kutu Buku Yang Jadi Juragan Buku





Pilih Pekerjaan Yang Kamu Sukai maka kamu tidak akan bekerja sehari pun dalam hidupmu. Ucapan Confucius ini berlaku pada Arief Mai Rakhman. Pemuda asal Yogayakarta ini sudah sejak lama menyukai buku. Dia senang sekali melahap habis buku novel dan sejarah. Siapa sangka, kecintaannya pada buku justru membuatnya bergelimang buku setiap saat. Berada di lautan buku, kira-kira begitulah yang dilakukan Arief setiap hari. Ditemani rekannya, Budi, Arief membuka 'Gramedia kecil', di sudut dekat kampus Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Dari lokasi inilah, pemuda kelahiran 1985 ini menjalankan bisnisnya dan melayani ribuan pembeli dari seantero Indonesia ( jakarta, bogor, depok, tangerang, bekasi, cikarang, karawang, banten, jawa barat, jawa tengah, jawa timur, surabaya, bali, dan provinsi lainnya).

Ribuan? Ya, sudah mencapai ribuan. Setidaknya stok buku di lapak Arief ada sekitar 4.000 judul. Itu pun masih dirasa kurang, sebab Arief ingin melengkapinya menjadi sekitar 10.000 judul. "Sekarang rata-rata penjualan 10 buku perhari. Kalau di awal semester bisa 20 buku lebih terjual per hari, bahkan sampai 40 buku," ungkap pria yang sempat menimba ilmu di Fakultas Pertanian UGM ini.

Total omzet mencapai 60 juta perbulan. Tentu angka ini tidak didapat dalam sekejap. Waktu awal berjualan dulu, usaha yang satu ini juga sempat mengalami sepi. Laku satu buku perhari saja sudah bagus.Tapi, lama-kelamaan penjualan berkembang menjadi dua hingga tiga buku perhari. Penjualan terus meningkat sampai hari ini, terutama sejak bergabung dengan BukaLapak.com.

Paham Kebutuhan Mahasiswa

Walau sudah lama menjadi kutu buku, bisnis berjualan buku bukan satu-satunya pilihan Arief. Pemuda ini juga sempat membuka usaha bimbingan belajar, tapi ternyata bukan disana rezekinya. Kemudin dia banting setir ke bisnis membuat kripik salak, yang akhirnya mandek di pemasaran. Alhasil, dia kembali menggeluti buku. Agar lebih bisa fokus, Arief khusus menyediakan buku-buku teks yang dibutuhkan mahasiswa. Bagi Arief, segmen ini menarik, karena dia paham betul bahwa mahasiswa selalu membutuhkan buku murah demi menunjang kuliah mereka.

"Buku yang murah, itu yang selalu menjadi incaran mahasiswa. Saya bisa mendapatkan harga lebih murah karena langsung mengambil dari penerbit atau agen." Arief menjelaskan kenapa bisnis Buku nya bisa sukses.
Arief juga menambahkan bahwa dengan berbelanja online, pembeli tidak perlu repot-repot keluar ongkos dan harus ke toko buku hanya untuk mencari buku. Cukup beberapa kali klik di situs bukalapak.com, mereka langsung tahu ketersediaan buku yang dicari, cek harga, dan kemudian bisa langsung pesan. Setelahnya, tinggal tunggu beberapa hari, buku sudah bisa mereka dapatkan.

"Kebanyakan mahasiswa mencari buku mengenai metode penelitian untuk skripsi," seloroh Arief. Buku paling mahal yang pernah dipesan pembeli adalah buku tentang wayang. Buku tersebut harganya sekitar lima ratus ribu rupiah. Pernah pula ada yang memesan buku banyak sekali, berseri, sampai ongkos kirimnya setengah dari total harga buku.

Sebagai orang yang sangat lekat dengan buku dan dunia mahasiswa. Arief mengerti sekali kebutuhan pelanggannya. Bukan sekedar buku murah dan mudah didapat, adakalanya mahasiswa juga memerlukan buku dengan spesifikasi sangat detail sampai ke edisi dan cetakan keberapa. Semua kebutuhan itu bisa dipenuhi oleh Arief sehingga nama Arief pun populer sebagai pakar penyedia buku bagi mahasiswa. Ditambah lagi lingkungan tempat Arief tinggal sangat pas, di Kota Pelajar.


Sempat Gadai Laptop

Sebelum bergabung dengan BukaLapak, Arief sempat berjualan buku secara online di Facebook. Pernah juga bergabung di sejumlah online-market place lain. Apa yang membuat Arief tertarik pindah ke BukaLapak?

"Ada rekening Bersama-nya. Ditambah lagi saya pernah dengar dulu ada yang jualan buku di sana dan sukses. Saya pun ikut mencoba dan justru bersaing dengan dia. Kami bersaing, saling banting harga. Tapi dia sudah tak berjualan lagi dan jadilah saya nomor satu", papar Arief.

Selain tersedia sistem Rekening Bersama (Rekber) yang membuat transaksi jadi aman, masalag SEO yang bagus juga menjadi alasan utama mengapa Arief bertahan di BukaLapak. Menurutnya, setiap orang yang melakukan search 'jualan buku' di Google, yang muncul adalah BukaLapak. Itulah sebabnya, tak heran kalau pesanan buku membanjir sejak Arief menjadi pelapak di BukaLapak.

Bahkan akibat orderan membludak, dia harus membeli lebih dulu sejumlah buku untuk mengisi stoknya. Cara ini dilakukan agar dia dapat memastikan bahwa pembeli akan mendapatkan pesanan mereka.
"Dulu waktu jualan di Facebook saya tidak keluar uang sama sekali karena masih bisa melayani pesanan kecil. Tapi sejak di BukaLapak, wah pesanannya banyak sekali. Setidaknya harus sedia uang dua juta untuk membeli stok buku,"Arief menjelaskan.

Ketika pertama kali kebanjiran order, Arief mengaku kebingungan mencari modal hingga dia menggadaikan laptop dan meminjam uang. Ini disebabkan karena ada jeda antara order masuk dan uang yang bisa dicarikan, sesuai dengan sistem Rekber. Dengan 'dipaksa' menyediakan modal, pemuda ini menjadi lebih bersemangat.

Setelah namanya cukup populer sebagai pelapak buku online, Arief bisa dengan mudah mendapatkan stok buku dari penerbit atau agen. Berbeda saat dia baru merintis dulu, di mana ketersediaan buku sangat spekulatif. Kadang, dia asal membeli buku tanpa tahu apakah buku itu akan laku atau tidak. Kini Arief sudah paham betul buku berjudul apa saja yang akan banyak diminati.

Dengan sistem Rekber yang diterapkan BukaLapak, Arief diuntungkan. Sering kali ada buku yang memang dicetak tidak banyak sehingga ketika ada yang pesan dan ternyata stok kosong, Arief tidak perlu repot mengembalikan uang transferan. Dengam sistem Rekber, penjual hanya menerima uang setelah pesanan diterima oleh pembeli.


Strategi Bisnis

Reputasi Arief cukup bagus. Berkat reputasi itu, Arief jadi lebih dipercaya oleh penerbit dan agen buku. "Karena dipercaya, saya bisa mendapatkan diskon lebih besar dan berarti bisa memberi harga murah ke pembeli,"jelasnya.

Karena sering memberi diskon dan harga miring ke pembeli, Arief tidak bisa mengambil profit terlalu besar. Namun, hak ini tidak masalah karena yang penting pelanggan terus berdatangan dan membanjir. Walaupun profit tidak besar, tapi Arief bisa mengantongi 20% dari omzet 60 juta per bulan. Untuk bisnis berjualan buku, jumlah itu tergolong besar. Apalagi yang namanya buku selalu dibutuhkan oleh pelajar dan mahasiswa, jadi Arief sangat optimis dengan bisnisnya. Saat ini, dia fokus mengembangkan bisnisnya dengan terus berinovasi dan menambah ketersediaan judul buku. Menyinggung mengenai strategi bisnis, Arief mengaku tidak bisa menyamaratakan semua jenis bisnis. Secara pribadi, dia mengaku bisa berhasil berkat punya pangsa pasar yang jelas.

"Petakan dulu Produknya, apakah punya pangsa pasar atau tidak. Sempat ada yang pesimis memandang bisnis jualan buku, tapi saya terus mencoba. Saya terus mencari pangsa pasar, cari ide dan jangan menyerah," Arief memaparkan triknya.

Dia juga selalu ingin mengetahui kepuasan pelanggannya. Di setiap buku yang dijual, Arief menyelipkan sehelai kertas yang berisi keterangan penjualan buku dan semacam pengingat untuk memberikan feedback di BukaLapak. Feedback atau komentar tentang seberapa jauh pelanggan puas dengan layanan ini dirasa Arief sangat penting. Sebab dari feedback itu, Arief sebagai penjual dapat segera memperbaiki layanan jika dirasa ada yang kurang. Berkat rajin membaca feedback dari pelanggannya, LapakBuku milik Arief telah dibanjiri lebih dari 1.400 feedback. Setiap feedback yang masuk dianggap sebagai apresiasi dari pelanggan, yang membuat Arief kian semangat melayani mereka.

Walau fokus jualan online, Arief masih bersedia melayani pesanan offline, selama itu masih memungkinkan. Untuk layanan Cash On Delivery (COD), yaitu bayar cash saat tatap muka, Arief melayani wilayah Yogyakarta, terutama sekitar UGM. Tapi, tetap saja penjualan online masih yang utama sebab pendapatan terbesar dari online."Selama masih ada di Yogyakarta, kami masih melayani," ujar Arief.


Ingin Jadi Lebih Besar

Dengan berjualan online, Arief bisa mendapatkan pesanan dari seantero Indonesia ( Jakarta Barat/Timur/Utara/Selatan/Pusat, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, BSD, Lippo Karawaci, Bintaro, Jawa Barat, Jawa Tengah, Surabaya, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan wilayah lainnya).

Bahkan Arief pernah menerima pesana dari luar negeri, yaitu Malaysia. Sayang, BukaLapak belum bisa melayani pesanan dari luar negeri. Arief berharap setidaknya ada layanan pesanan ke negara-negara ASEAN. Obsesi pemuda kelahiran Deli Serdang ini cukup tinggi, yaitu menjadi penjual buku online terbesar di Indonesia. Kendati e-book sudah mulai banyak diminati oleh pecinta buku Indonesia, Arief masih optimis bahwa buku cetak tetap memiliki tempat tersendiri di kalangan pehobi buku, terlebih lagi mahasiswa.

Arief pribadi merasa apa yang sudah dilakukan belum terlalu besar. Jika tidak bergabung dengan BukaLapak, mungkin dia belum bisa menembus omzet sebesar sekarang. Masih banyak yang harus dibenahi agar kelak menjadi besar dan lebih besar. Menambah judul, itu sudah pasti, setidaknya 10,000 judul. Semakin banyak judul buku yang tersedia, makon besar pula potensi segmen yang dapat dirangkul, kalau perlu tidak terbatas pada mahasiswa saja.

"Saya juga ingin menambah jumlah orang yang membantu saya. Sekarang secara teknis kami hanya bertiga. Saya, Budi, dan calon istri saya, Dewi Perwita Sari, yang juga merangkap menjadi motivator saya," ujar Arief. Dengan lebih banyak porsenol, Arief berharap bisa lebih baik dalam melayani pembeli.***


5 Alasan Berbelanja Buku Secara Online

1. Lebih Mudah | Mencari judul buku tertentu diantara lautan buku yang ada di toko buku bukan perkara mudah. Walau sudah tersedia komputer pencari, tetap saja perlu bantuan manual. Sering kali database komputer tidak update, yang tentu saja mengecewakan pelanggan. Bagaimana dengan belanja buku secara online? Mudah sekali. Cukup mengetik judul buku di kolom pencari, atau langsung bertanya ke pihak penjual atau admin.

2. Lebih Murah | Lapak buku online tidak perlu menyewa tempat berjualan, tidak perlu memberikan diskon ke toko buku, dan sering mendapat supplai dari distributor, atau bahkan dari penerbit. Ini membuat lapak buku online bisa memberi harga lebih miring dibanding toko buku offline. Kemiringan harga bisa mencapai 30%. Bahkan setelah di tambah dengan ongkos kirim, tetap jatuhnya lebih murah.

3. Hemat Waktu | Saat mencari suatu judul buku, jika tak ditemukan di satu toko buku maka kita harus ke toko buku lain. Berapa jauh jaraknya dari rumah kita? Mengingat macet sudah menjadi fenomena biasa, berapa banyak waktu terbuang demi mencari satu buku saja? Bandingkan dengan pencarian buku secara online yang sama sekali tak perlu kena macet. Tinggal duduk di depan komputer, klik sana sini, bayar secara online, dan buku akan diantar ke rumah.

4. Lebih Lengkap | Ah, masak? Ini bisa berlaku untuk judul-judul buku yang sudah tidak dicetak ulang atau diterbitkan lagi, misalnya buku-buku lama. Lapak buku online sering menawarkan buku seperti itu, walau dalam kondisi bekas. Inilah yang tidak dilakukan oleh toko offline. 

5. Hemat Tenaga | Masih ada hubungannya dengan hemat waktu, berbelanja buku online sangat hemat tenaga dan energi. Apalagi kalau kita butuh berbelanja banyak buku sekaligus.Bobot fisik buku cukup lumayan jika harus dijinjing sendiri dari toko buku ke rumah. Dengan layanan lapak buku online, kita tidak perlu berlelah-lelah membawa tumpukan buku yang berat itu.***

Ahmadtrans juga merupakan salah satu usaha yang menerapkan strategi bisnis online, yang hemat waktu dan hemat tenaga dalam mencari rental mobil, rental elf, sewa bus wisata, urus paspor, jasa kitas, wilayah Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi BSD Bandara dan sekitarnya.


Salam,

Ahmadtrans
Sumber: 10 kisah jutawan dari bisnis online ala BukaLapak, Merry Magdalena, 2015