Jumat, 27 November 2015

Dari Iseng Berbuah Omzet 200 Juta




Jatuh Bangun mencoba banyak bisnis online, tidak membuat lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menyerah. Seolah sudah ditakdirkan untuk menggeluti dunia bisnis online, Sigit Nurdyansyah Putra kini menikmati jerih payahnya selama tiga tahun. Hanya tiga tahun? Ya, dalam tempo sesingkat itu, pria yang akrab dipanggil Dyansyah ini sudah mendulang omzet dua ratus juta per bulan.

"'Sejak 2012 sudah berbisnis online, tapi bisnis macam-macam. Pindah dari satu bisnis ke bisnis lain. Mulai dari bisnis herbal, aksesori sepeda, sampai aksesori komputer. Pernah juga tertipu oleh penjual sepeda di salah satu forum jual beli online. Uang sudah ditransfer, tapi barang tidak pernah datang. Untung ada teman orang bank yang bantu melacak, jadi uang bisa kembali. Saya jadi berpikir, jualan online itu modal utamanya kepercayaan. Tanpa itu, orang tidak percaya untuk belanja online," ungkap Dyansyah.


Diawali Dengan Iseng

Pria kelahiran 31 Juli 1986 ini masih menjadi karyawan di Indofood ketika mulai merintis bisnisnya. Dia tertarik berjualan aksesori gadget, terutama casing ponsel, sebab di masa itu masih agak sulit mencari casing gadget yang bagus.

"Importirnya masih sedikit. Kalau mencari ke mal, adanya barang tiruan," imbuh Dyansyah yang kini sudah bisa mengambil stok barang dari importir langsung dan sebagian dari distributor lokal.

Sebelum bergabung dengan BukaLapak, Dyansyah sempat berjualan di sebuah forum jual beli. Sistem Cash On Delivery (COD) yang banyak diterapkan di forum online tersebut membuatnya lelah karena tingkat kepercayaan antara penjual dan pembeli masih rendah. Sistem COD juga dirasa membuang banyak waktu.

"Dari pengalaman tersebut, saya merasa seperti berjualan iseng saja. Kalau kebetulan ada yang order, ya dilayani, kalau tidak, ya tak apa. Sama sekali tidak ada usaha untuk maju. Kebetulan saya juga masih bekerja, jadi hanya saya anggap iseng," ungkap Dyansyah.

Begitu bergabung dengan BukaLapak, Dyansyah merasakan atmosfer yang sangat berbeda. Walaupun saat itu BukaLapak masih berpenampilan sederhana dan lebih mirip forum biasa ketimbang online marketplace. Sistem transaksi pun masih terjadi langsung antara pembeli dan penjual.

Tak lama kemudian baru diberlakukan sistem Rekening Bersama (Rekber), semua transaksi harus melalui BukaLapak. Sempat pulu diberlakukan fee sebesar 3% bagi transaksi dibawah satu juta rupiah, yang kini sudah tidak ada lagi. Dyansyah tetap bertahan di BukaLapak sampai hari ini.

Awal berbisnis, Dyansyah belum berani menyediakan stok barang. Dia mengambil dari teman yang berjualan power bank karena saat itu dia masih sekedar ikut-ikutan. Di tengah jalan, dia mulai menemukan pola berjualan sendiri. Pelan-pelan keuntungan yang didapat ditabung untuk membeli stok barang. Dengan modal awal sekitar dua juta rupiah, Dyansyah mulai membeli persediaan barang.

"Rasanya seperti berjudi, sebab tidak tahu mana produk yang laku. Sampai sekarang pun masih ada beberapa barang deadstock alias tidak laku. Itu sudah risiko," kenang Dyansyah. Barang yang tak laku bisa dijadikan bonus buat pelanggan, ada juga yang dijual murah.


Punya Reseller 

Seiring waktu berlalu, Dyansyah bukan sekedar berjualan online saja, melainkan juga berkembang memiliki reseller. Hinnga sekarang, terhitung sudah ada 12 orang reseller yang bekerja sama dengan Dyansyah. Mereka tidak hanya berjualan di BukaLapak, tapi juga di beberapa online marketplace lain.

"Biarpun tidak semua berjualan di BukaLapak, semuanya saya tarik ke BukaLapak. Kalau mau order barang harus melalui BukaLapak," cetus pria yang menjalankan bisnis dari rumahnya di kawasan Cibinong, Jawa Barat ini.

Dengan bergabung di BukaLapak, para reseller akan menjadi pembeli di BukaLapak. Hal ini sangat membantu, sebab Dyansyah bisa langsung memonitor stok barang yang dipusatkan di lapaknya di sana. Di BukaLapak juga mudah sekali melakukan edit harga dan stok sehingga sistem pendataan Dyansyah jadi rapi.

Untuk para reseller, Dyansyah memberi harga spesial, bahkan tidak perlu repot-repot menyediakan stok barang. Dyansyah yang akan mengurusi pengiriman barang. Stok persediaan casing gadget Dyansyah disimpan di ruangan khusus di lantai atas rumahnya. Semua tertata rapi sesuai dengan jenis dan model. Di ruangan itu, tersedia pula sebuah komputer yang khusus didedikasikan untuk bisnis online.

Stok yang tersimpan bisa juga berfungsi sebagai toko offline ketika ada pelanggan yang perlu membeli dengan sistem Cash On Delivery (COD). Sistem ini sangat dibatasi sebab Dyansyah lebih fokus ke penjualan online. Tapi kadang ada saja pelanggan yang mau COD.

Dalam sehari, Dyansyah melayani sedikitnya 30 transaksi, termasuk orderan reseller. Saat sedang ramai, Dyansyah bisa disibukkan melayanai 60 transaksi. Jadi, walau sehari-hari bekerja dari rumah, Dyansyah punya kesibukkan yang tak kalah dengan para pekerja kantoran, bahkan lebih, karena sering terjadi transaksi di luar jam kantor. Inilah salah satu risiko bisnis online, harus mau bekerja di luar jam kantor. Tak heran kalau pria ini akhirnya memutuskan resign dari pekerjaannya dan lebih fokus di bisnis online. Selain itu, pengalaman membuat Dyansyah kian jeli melihat selera pengguna.

"Produk best seller itu tergantung gadget apa yang baru rilis. Misalnya, sekarang Xiaomi, maka ketika orang-orang masih membeli inden, saya sudah siapkan aksesorinya. Dalam dua hari saja biasanya stok langsung habis," papar Dyansyah yang rajin memantau gadget apa yang akan segera rilis dan diincar banyak orang.


Fokus di Toko Online

Melihat bisnis onlinenya tumbuh begitu subur, apakah Dyansyah berminat membuka toko offline juga? Sepertinya tidak.

"Toko offline membuat keuangan terkuras untuk karyawan, belum lagi sewa tempat, dan lain-lain. Toko offline juga tidak punya jangkauan seluas toko online. Dengan toko online yang saya miliki sekarang, saya bisa menjangkau ke seluruh Indonesia." Dyansyah mengungkapkan alasannya kenapa tidak tertarik membuka toko offline.

Siapa yang tidak ingin punya omzet dua ratus juta rupiah per bulan, bekerja dari rumah dan punya belasan reseller seperti Dyansyah? Hampir semua orang mau. Masalahnya untuk bisa sampai ke posisi itu dibutuhkan tekad dan kerja keras.

"Yang utama, kita harus fokus. Karena jika bekerja serampangan, hasilnya tidak akan maksimal. Setiap orang punya kiat khusus untuk merawat bisnisnya, walau bisnis di bidang yang sama. Penting juga memperbanyak stok barang. Kita harus bersiap dengan kemungkinan adanya pesanan dalam jumlah besar, sebab itu akan menghemat ongkos kirim. Kalau kita punya lebih banyak stok dibanding penjual lain maka potensi lebih diminati pembeli lebih besar," Dyansyah berbagi kita bisnisnya.

Untuk pelapak online, perlu diingat bahwa stok yang lengkap dan banyak akan membuat pembeli memilih berbelanja di toko online kita. Biasanya, pembeli enggan membeli dalam jumlah sedikit dalam satu lapak, lalu model lain di lapak lain. Itu akan memboroskan ongkos kirim.

 

Kiat-kiat Sukses

Dyansyah juga sangat jeli menggunakan fitur Push di BukaLapak. Fitur berbayar yang membuat lapak online selalu berada di display atas ini perlu dicermati waktu penggunaannya, bukan asal menggunakan. Perlu konsisten mengenali kapan waktunya trafik online sedang ramai.

"Biasanya sebelum mereka mulai bekerja, sekitar pukul 8 hingga pukul 9 pagi. Lalu jam istirahat, antara pukul 12 sampai 1 siang. Trafik akan ramai lagi ketika jam pulang kerja, antara pukul 5 sore, dan malam hari di jam-jam sebelum orang tidur," ujar Dyansyah.

Fitur push pun hanya dilakukan setiap kali Dyansyah menggugah foto barang baru, yaitu tiga atau empat kali dalam sepekan. Tidak semuanya langsung di Push, perlu dikenali mana yang perlu push, mana yang tidak. Menurut Dyansyah, kalau sudah terbiasa akan paham bagaimana polanya. Selain melakukan push, ada juga faktor lain yang mempengaruhi penjualan.

Judul postingan merupakan salah satu faktor penting yang kerap tak disadari banyak penjual online. Sering terjadi, memposting barang dagangan yang sama, tapi judulnya berbeda, maka hasil yang didapat pun berbeda. Intinya, semakin menarik judul, semakin besar potensi lakuknya suatu barang, sebab judul juga akan mensugesti pembeli.

Dyansyah sendiri masih merasa banyak kekurangan pada lapak online-nya. Pendataan stok dan penjualan, misalnya, masih dirasa kurang rapi. Masih ada yang terselip. Walau sudah menyediakan ruang khusus untuk penyimpanan stok dagangan, dia masih merasa kurang luas. Ada rencana untuk memiliki ruko khusus sebagai gudang agar tidak tercampur dengan area pribadi dan terkesan berantakan. Terpikir juga untuk menjual jenis barang lain suatu saat nanti,selama masih ada hubungan dengan barang yang kini dijualnya. Dia juga merasa perlu mempekerjakan asisten yang bisa mengerjakan administrasi.

Di sela kesibukkannya, Dyansyah menyempatkan diri untuk bergabung dengan Komunitas BukaLapak, baik secara online maupun offline. "banyak manfaatnya bagi penjualan. Saya sering baca tips-tips yang diberikan anggota komunitas. Itulah sebabnya, saya jadi banyak tahu kiat-kiat berjualan online," ujar Dyansyah. Nama Dyansyah sendiri memang cukup populer di kalangan komunitas, mengingat dia merupakan salah satu pelapak sukses di BukaLapak. Ingin mengikuti jejaknya?***



Kapan Jam-jam Trafik Ramai?

Kapan memposting dagangan baru? Atau kapan memanfaatkan fitur Push? Harus ada perhitungannya. Tidak boleh asal. Sebaiknya promosi julaan online dilakukan di saat banyak orang online, yaitu saat trafik ramai. Pukul berapa saja saat trafik ramai? Dyansyah sudah melakukannya dengan benar. Berikut jam-jam potensial tersebut/

Pukul 8 - 9  Pagi, sebelum orang mulai bekerja biasanya iseng melakukan browsing, mulai dari membuka situs berita, media sosial, hingga mengunjungi situs belanja/

Pukul 12 - 13 Siang, Jam istirahat makan siang bagi karyawan atau mahasiswa. Mereka merasa penat dengan pekerjaan atau kuliah sehingga menyempatkan diri mencari penyegaran dengan melakukan browsing.

Pukul 16 - 17 sore, Pekerjaan atau kuliah mulai reda sehingga orang mulai bisa menyempatkan diri untuk online lagi.

Pukul 19 - 22 Malam, Sepulang kerja atau kuliah, ada banyak waktu luang untuk online. Trafik ini ramai hingga waktu menjelang tidur.



Untuk  Rental Sewa Mobil Elf onlinepenjemputan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandara, Lippo Karawaci, BSD dan Tangerang sekitarnya, Ahmadtrans Travel siap melayani.




Salam,


Ahmadtrans
Sumber: 10 Kisah Jutawan dari Bisnis Online ala BukaLapak, Magdalena, 2015